Pangkalpinang — Keheningan malam di kawasan Gabek, Kota Pangkalpinang, mendadak terbelah Kamis (28/8/2025) pukul 20.00 WIB. Langkah cepat Tim Buser Naga Polresta Pangkalpinang menyusuri lorong gelap, menyasar sebuah rumah kayu sederhana di pojok gang. Pintu didobrak, suara lantang “Polisi!” menggelegar. Seorang pemuda terperangah, tubuh kaku, borgol dingin melingkar di pergelangan. Dialah Hasburrasad alias Icad (22), buronan pencurian yang belakangan jadi perbincangan warga.
Penangkapan dramatis pemuda Gabek bongkar potret rapuhnya kontrol sosial
Kasus bermula dari laporan seorang pegawai negeri, Muhamad Fahruzi (40), yang rumahnya di Jalan Abdullah H. Seman I disatroni maling, Rabu (20/8/2025) pagi. Saat rumah kosong, pintu belakang yang ditutup seadanya menjadi celah. Pelaku, yang ternyata tetangga sendiri, masuk leluasa. Dari ruang tengah, ia menggondol ponsel Infinix Hot 30 warna Surfing Green senilai Rp2,7 juta. Tak berhenti, ia merusak plafon, mengacak-acak kamar, lalu membawa kabur mesin air Panasonic, sekarung beras 10 kilogram, dan tabung gas 3 kilogram.
“Yang bikin teriris, pelakunya tetangga sendiri. Orang yang tiap hari saya sapa,” kata Fahruzi, getir.
Bagi warga Gabek, luka bukan hanya kerugian materi, tapi juga runtuhnya rasa percaya pada lingkaran terdekat.
Uang curian habis untuk sabu dan judi
Di ruang interogasi, pengakuan Icad menyingkap sisi lebih gelap. Ponsel curian dijual Rp600 ribu kepada seorang kenalan bernama Ed. Uang itu habis sekejap untuk membeli sabu, arak, dan berjudi online.
“Pelaku bukan sekadar mencuri, tapi menjadikan rumah tetangga sebagai ATM berjalan. Hasilnya habis untuk foya-foya destruktif,” tegas Kapolresta Pangkalpinang, Kombes Pol Max Mariners, SIK, MH, Jumat (22/8/2025).
Polisi kemudian mengamankan barang bukti mulai dari ponsel, mesin air, hingga sekarung beras. Ed, penadah barang curian, ikut diciduk.
Atmosfer penggerebekan di lorong sempit Gabek
Seorang anggota Buser Naga menggambarkan detik-detik operasi. “Kami sudah mengintai sejak sore. Begitu informasi valid, langsung bergerak. Tak ada perlawanan, tapi tatapannya kosong, seolah tanpa penyesalan,” ujarnya.
Di lingkungan Gabek, kabar penangkapan Icad jadi buah bibir. Warga heran sekaligus geram. “Kami kaget, kok bisa maling rumah tetangga, uangnya malah buat narkoba,” tutur seorang warga yang minta namanya disamarkan.
Lebih dari sekadar pencurian
Polisi menilai kasus ini menyimpan pelajaran lebih luas. Rumah yang tidak terkunci, lemahnya kontrol lingkungan, serta kecanduan narkoba dan judi online menjadi kombinasi berbahaya.
“Banyak kasus bermula dari hal kecil: pintu lupa dikunci, tetangga yang lengah, lalu masuklah godaan kejahatan. Kami ingin masyarakat lebih waspada,” ujar Max Mariners.
Proses hukum dan jalan panjang penebusan
Kini, Icad dan Ed menunggu proses hukum. Polisi melengkapi berkas perkara dan berkoordinasi dengan jaksa. Ancaman pasal berlapis menanti: pencurian, pengrusakan, serta kemungkinan jerat tindak pidana narkotika dan perjudian online.
Di ruang pemeriksaan, Icad akhirnya menunduk. “Saya khilaf,” katanya lirih. Namun di balik kata itu, aparat melihat pola kecanduan yang lebih dalam.
Epilog di lorong yang kembali sepi
Malam kembali hening di gang Gabek. Hanya garis polisi tersisa di rumah korban. Warga masih terperangah, sadar bahwa pengkhianatan bisa datang dari wajah paling akrab. Bagi aparat, operasi Buser Naga menjadi pengingat: di tengah rapuhnya kontrol sosial, ketegasan hukum tetap jadi benteng terakhir.




